Minggu, 04 Februari 2024

       PENERAPAN DAN PENILAIAN STANDAR AGROFORESTRY DI SULAWESI SELATAN 


Pelaku usaha pada kegiatan ini adalah KTH pemegang ijin Perhutanan Sosial (PS) dan di dalamnya terdapat Kelompok Usaha Perhutanan Sosial (KUPS). Penilaian pelaku usaha berpedoman pada Keputusan Kepala Badan Standardisasi Instrumen LHK No. SK.20/B/SET.13/STD.)/7/2023 tentang Parameter penilaian performa penerapan standar lingkungan hidup dan kehutanan. KTH yang dinilai setara dengan pelaku usaha dengan kewajiban dokumen lingkungan berupa UKL-UPL dengan melakukan penyesuaian terhadap kriteria-kiteria yang terdapat dalam 14 parameter peniliaian sesuai dengan kondisi lapangan, termasuk dalam melakukan pembobotan terhadap ke 14 parameter penilaian.

Kegiatan pemantauan dan penilaian dilakukan terhadap 12 KTH di Provinsi Sulawesi Selatan, yaitu sebanyak 3 KTH di Kabupaten Bone, 3 KTH di Kabupaten Sinjai, 3 KTH di Kabupaten Bulukumba dan 3 KTH di Kabupaten Soppeng. Peta sebaran pelaku kegiatan penerap Standar Agroforestry (Lampiran 1). Adapun nama-nama KTH yang dipantau dan dinilai adalah sebagai berikut:

1.     KTH Sipakario, Desa Lampoko, Kecamatan Barebbo, Kabupaten Bone

2.     KTH Sumange Tea Lara, Desa Bulumpare, Kecamatan Awangpone, Kabupaten Bone

3.     KTH Bata’e, Desa Massenrengpulu, Kecamatan Sibulue, Kabupaten Bone

4.     KTH Batu Mico, Desa Palangka, Kecamatan Sinjai Selatan, Kabupaten Sinjai

5.     KTH Bontonitu, Desa Puncak, Kecamatan Sinjai Selatan, Kabupaten Sinjai

6.     KTH Ma’bulo Cipappa, Desa Talle, Kecamatan Sinjai Selatan, Kabupaten Sinjai

7.     KTH Ma’bulo Sibatang, Desa Bululohe, Kecamatan Rilau Ale, Kabupaten Bulukumba

8.     KTH Saromase, Desa Anrang, Kecamatan Rilau Ale, Kabupaten Bulukumba

9.     KTH Buhung Lali, Desa Bukit Harapan, Kecamatan Gantarang, Kabupaten Bulukumba

10.  KTH Annungnge, Kelurahan Billa, Kecamatan Lalabata, Kabupaten Soppeng

11.  KTH Paonge, Dusun Jolle, Desa Umpungeng, Kecamatan Lalabata, Kabupaten Soppeng

12. KTH Harapan Jaya, Dusun Jampu-jampu, Desa Watu Toa, Kecamatan Mario Riwawo,

     Kabupaten Soppeng


  Kesimpulan Hasil Penilaian Penerapan Standar Agroforestri pada beberapa KTH  

  di Sulawesi Selatan

PELAKU USAHA

KELAS KTH

NILAI

KESIMPULAN

KTH BUHUNGLALI

Madya

74,2

Baik

KTH ANNUNGNGE

Madya

72,6

Baik

KTH MA'BULO CIPAPPA

Pemula

62,2

Memadai

KTH SAROMASE

Pemula

61,0

Memadai

KTH MA'BULO SIBATANG

Pemula

54,8

Memadai

KTH HARAPAN JAYA

Madya

54,4

Memadai

KTH BATU MICO

Pemula

54,0

Memadai

KTH SIPAKARIO

Pemula

53,8

Memadai

KTH PAONGE

Madya

52,2

Kurang Memadai

KTH BONTONITU

Pemula

50,6

Kurang Memadai

KTH BATAE

Pemula

47,8

Kurang Memadai

KTH SUMANGE TEALARA

Pemula

40,0

Kurang Memadai


Peta Sebaran Pelaku Usaha Penerap Standar Agroforestri yang menjadi Target Penilaian



Minggu, 15 September 2013

Desa Bonto somba MERUPAKA  salah satu desa yang ada di Kecamatan Tompobulu, Kabupaten Maros yang terletak di hulu sub DAS Tanralili. Luas desa Bonto somba adalah 32,13 km2 dengan jumlah penduduk hingga akhir tahun 2012 sebanyak 1.147 jiwa yang terdiri dari 588 laki-laki dan 559 wanita. 99% masyarakat di desa Bonto somba bermata pencaharian sebagai petani dan hanya 1% bermata pencaharian sebagi pedagang. Tingkat pendidikan di desa ini terbilang sangat rendah, 86.21% penduduk adalah buta huruf.

Secara umum mayarakat di hulu sub DAS Tanralili di Desa Bonto Somba, Kecamatan Tompobulu, Kabupaten Maros memahami manfaat dari hutan seperti menjaga kelangsungan tata air dan umumnya mereka juga mengetahui upaya-upaya untuk menjaga hutan seperti mengontrol terjadinya kebakaran dan mencengah penebangan liar. Manfaat hutan bagi masyakat di hulu sub DAS Tanralili antara lain sebagai tempat untuk mencari madu dan sebagai tempat untuk mencari bahan baku untuk pembuatan gula merah, dan sebagian lagi untuk menyadap getah kayu pinus. Jenis pohon di hulu sub DAS Tanralili disekitar desa ini adalah kayu pinus, kayu aren, bambu dan rimba campuran.

Rata-rata penduduknya per KK memiliki luas lahan persawahan seluas 1 ha dan untuk 
berkebun rata-rata 2 ha. Umumnya hasil pertanian dan perkebunan untuk dikonsumsi 
pribadi dan sebagian dijual dengan rata-rata penghasilan sekitar 300 ribu/bulan.
Masyarakat di desa Bomto somba sepanjang tahun tidak mengalami masalah dengan
ketersedian air untuk keperluan sehari-hari. Mereka memanfaatkan sumber air yang masih
tersedia di hulu sub DAS Tanralili.

Beberapa kegiatan yang terkait dengan hutan dilaksanakan di desa ini adalah kegiatan
penanaman pohon di kawasan hutan di bawah program pemerintah Pusat dan kabupaten
Maros dengan melibatkan masyarakat setempat. Jenis-jenis tanaman yang ditanam antara 
lain adalah mahoni seluas 300 ha dan kedepan akan ditingkatkan lagi dengan penanaman
jenis tanaman yang lainnya yang disesuaikan dengan kondisi tanah dan lingkungan di desa
tersebut.


Minggu, 18 Desember 2011

Kawasan Wisatan Alam Pattunuang

Kawasan Wisata Alam Pattunuang berada pada kawasan Taman Nasional Bantimurung Bulusaraung, Kabupaten Maros, Propinsi Sulawesi Selatan. Di kawsan Pattunuang ini memiliki keindahan alam yang tinggi. Adanya keragaman obyek yang bisa dilihat dan dinikmati oleh pengunjung yang datang disini. Panorama sungai yang mengalir bening dan dia[pit oleh 2 (dua) tebing yang terjal merupakan dayatarik utama daripada lokasi wisata alam ini.
Pada kawsan wisata alam ini terdapat pula batu2 besar yang menyerupai bentuk perahu yang menyimpan sebuah legenda. Menurut cerita masyarakat setempat, konon pada zaman dahulu ada seorang Saudagar China yang datang untuk melamar gadis dari Kerajaan Bone, tapi lamarannya ditolak. Karena malu dan sakit hati, saudagar China ini kemudian mengkaramkan perahunya hingga akhirnya perahu tersebut berubah bentuk menjadi batu. Oleh masyarakat setempat, batu tersebut diberi nama "BISEANG LABBORO" yang artinya "Perahu Membatu".
Kawasan wisatan alam ini cukup ramai dikunjungi pada akhir pekan, khususnya oleh wisatawan yang melakukan aktivitas berkemah (biasanya bermalam), selusur gua, panjat tebing atau sekedar ingin menikmati panorama alam dan keunikan flora dan fauna yang ada didalamnya.

Senin, 12 Desember 2011

Kawasan Wisata Leang Lonrong

Kawasan wisata Leang Lonrong ini
yang letaknya berada di Desa Panaikang, Kab. Pangkep memiliki variasi dalam obyek, diantaranya ada gua berair, vegetasi alam, dan flora fauna. Pandangan lepas tidak langsung menuju obyek, tapi melalui jalur vegetasi terlbih dahulu.Unsur keunikan dari kawasan wisata ini adalah berupa gua.
Untuk pengunjung pilihan kegiatan yang dapat dinikmati dikawasan ini adalah menikmati panorama alam, pemandian, tracking, camping, pendidikan/pengamatan flora fauna, & penelusuran gua.
Di kawasan wisata alam Leang Lonrong ini sudah dikelolah oleh pihak desa dengan berdasar pada Peraturan Desa Panaikang Nomor 06 Tahun 2006 tentang karcis masuk pemandian alam Leang Lonrong. Adapun tarif utnuk pengunjung dewasa Rp. 1.500,- per orang dan anak-anak Rp. 1.000,- per orang. Pengunjung yang datang ke obyek wisata ini , da yang berasal dari masyarakat setempat, tp ada juga yang berasal dari luar bahkan dari luar kabupaten.

Minggu, 11 Desember 2011

Obyek wisata air panas ini berada di Dusun Malempo, Desa Samaenre Kec. Mallawa, sekitar 70 Km. dari Kota Maros. Obyek wisata ini tepatnya berada pada Daerah Penyangga Taman Nasional Bantimurung Bulusaraung (Babul). Di areal pemandian air panas ini terdapat air terjun yang memiliki debit air yang kecil, tapi air terjun ini bentuknya beritngkat-tingkat yang mengalir deras dari mata air yang berada di puncak bukit.
Obyek wisata ini sering dikunjungi setiap hari sabtu, minggu dan hari pasar (kamis) oleh masyarakat lokal setempat dan masyarakat luar. Selain sebagai tempat wisata alam bagi masyarakat sekitar, obyek ini dijadikan sebagai laboratorium alam,riset, biologi, dan penelitian, bahkan sebagian masyarakat ada yang menjadikannya sebagai tempat ritual (spiritual dan kultur).

Rabu, 07 Desember 2011


Ini adalah salah satu foto yang diambil pada waktu wawancara dengan penjual yang ada disekitar jalan menuju ke Gua Batu kurang lebih sekitar 300 m dari air terjung di dalam Taman Wisata Alam Bantimurung dalam rangka kegiatan penelitian "Valuasi Ekonomi Jasa Lingkungan Di Taman Nasional Bantimurung Bulusaraung"di Kab. Maros, Prop. Sulawesi Selatan pada Bulan Oktober 2011. Wawancara ini difokuskan pada pendapatan yang diperoleh selama satu hari (tapi khusus untuk hari libur, pendapatn yang diperoleh meningkat dua kali lipat dari biasanya). Penjual yang ada di dalam Taman Wisata ini merupakan masyarakat yang berada disekitar Kawsan Taman Nasional Bantimurung Bulusaraung.